BAB I
PEMBUKAAN
1.Latar Belakang
Osiloskop sinar katoda (cathode ray
oscilloscop, selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat
bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa
bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik.
Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang
sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau
terhadap waktu. Pena (“stylus”) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang
bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap
tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa,
sumbu X atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear
yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu (time base) yang secara
periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar.
Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan vertical CRO,
menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan
masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas layar pada
gambar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu.
Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan
sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu
cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat
menyajikan gambaran visual dari berbagai fonemena dinamik melalui pemakaian
transducer yang mengubah arus, tekanan, regangan, temperatur, percepatan, dan
banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO digunakan untuk menyelidiki
bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap
waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkan ke
CRO guna penafsiran kuantitatif.
Osiloskop sinar katoda dapat
digunakan untuk bermacam-macam pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang
dapat diukur dengan menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan
bolak-balik, arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan
untuk bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul dan
waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik, suhu, dan
kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser sebagai pengubah ke besaran
tegangan.
2.Tujuan
Osiloskop
adalah alat ukur yang banyak digunakan baik pada industri, laboratorium maupun
pada tempat perbaikan peralatan elektronik. Mengingat alat itu begitu banyak
digunakan dan tugasnya pun berbeda-beda, maka praktikan diharapkan mampu :
1. Melihat
bentuk-bentuk gelombang listrik dalam layar osiloskop
2. Mengukur
besar tegangan maksimum maupun puncak ke puncak dari masing-masing bentuk
gelombang listrik
3. Mengukur
besar frekuensi
4. Mengukur
beda phasa dengan metoda dua saluran dan metoda X-Y
5. Mengukur
perbandingan frekuensi dari dua gelombang listrik.
6. Praktikan
mampu memahami
Kalibrasi Osiloskop
BAB
II
ISI
1.Kalibrasi
Kalibrasi
adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konfensional nilai penunjukan
alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.
Tujuan kalibrasi
• Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan
suatu instrumen ukur.
• Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
Manfaat
kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya
Sebelum kita menggunakan
Osiloscope terlebih dahulu kita Cek Ketepatan Dari Osiloscope tersebut (
KALIBRASI ).
Cara PengKALIBRASIan Osiloscope :
1. Jangan Lupa Probe / Kabel Penghubung kita Masukan Ke Input ( Chanel 1 /
Chanel 2 )
2. Hidupkan Power Osiloscope.
3. Atur Intensitas Cahaya & Fokus-nya Biar Gambar Pada Osiloscope Enak
DiLihat.
4. Volt/Div & Time/Div-nya DiAtur Juga Biar Dalam PengKALIBRASIan Dapat
DiHitung.
5. Kemudian Salah satu ujung probe ( Probe Ch 1 atau 2 ) kita hubungkan pada
tempat Calibrasi ( Biasanya tertulis CAL )
6. Setelah gambar gelombang ( Biasanya Gelombangnya Berbentuk Gelombang Kotak )
telah tampil pada layar Osiloscope baru dapat kita hitung Frekuensi & Volt
Peak to Peak dengan rumus dibawah ini.
1. MENGHITUNG FREKUENSI :
Untuk Menghitung Frekuensi Gelombang Pada Tampilan Layar Osiloscope, Kita Harus
Mengetahui Dulu Periodenya Berapa?Baru Dapat menghitung Frekuensinya.Dengan
Rumus Sbb:
PERIODE : T = Div Horisontal x Time/Div
FREKUENSI : F = 1/T
2. MENGHITUNG TEGANGAN PUNCAK KE PUNCAK :
Untuk Menghitung Tegangan Puncak Ke Puncak ( Vpp ) Jangan Lupa Kita
Harus Mengetahui Skala Pada Volt/Div Nya Dulu Berapa Volt & Juga
Tegangan Puncak Ke Puncaknya Berapa Div ( Div Vertikal ).Untuk
Menghitung Vpp Kita Gunakan Rumus Sbb :
VOLT PEAK TO PEAK : Vpp =
Div Vertikal x Volt/Div
Instruksi Kerja
Pengkalibrasian Osiloscope :
Masukan Kabel Power Pada Socket In Put 220 V Yang
Terdapat Pada Bagian Belakang Osiloscope.
Masukan Socket Probe Osiloscope Pada Chanel 1 ( X )
atau Chanel 2 ( Y ).
Masukan Kabel Power ( Steker ) Pada Stop Kontak.
Atur MODE Pada Chanel 1 ( X ) atau Chanel 2 ( Y ).
Atur COUPLING Pada AC / DC & SOURCE Pada Chanel
1 ( X ) atau Chanel 2 ( Y ).
Hidupkan Osiloscope Dengan Menekan Tombol Power
& Lampu Indikatorpun Akan Menyala.
Kalau Di Layar Osiloscope Belum Ada Tampilan Garis
Horisontal Maka Atur HOLDOFF Pada Posisi AUTO & Pada LEVEL Tombol LOCK Di
Tekan.
Setelah Ada Tampilan Garis Horisontal Pada Layar
Osiloscope Atur Focus & Intensitas Cahaya Agar Tampilan Gelombang Enak Di
Lihat.
Hubungkan Ujung Probe Osiloscope Pada Calibrasi (
CAL ), Maka Pada Layar Akan Tampil Gambar Gelombang ( Gelombang Kotak ).
Atur Posisi Vertikal & Horisontal Gelombang
Agar Mudah Dalam Melakukan Penghitungan ( Perioda, frekuensi & Volt Peak to
Peak ) Untuk PengKalibrasian Osiloscope.
Atur Volt / Div Pada Posisi 1 V & Time / Div
Pada 0,5 mS ( .5 mS ).
Tinggi Gelombang Harus 2 Div Karena Pada Kalibrasi
Tercatat 2 Vpp, Kalau Tidak Sampai 2 Vpp Atur Variable Pada Chanel 1 ( X ) atau
Chanel 2 ( Y ) Untuk Mengatur Tinggi Gelombang Agar Mencapai 2 Vpp.
Panjang 1 Gelombang Penuh Harus 2 Div Horisontal.
Untuk Menghitung Perioda Menggunakan Rumus :
T = Div Horisontal x Time / Div
= 2 Kotak x 0,5 mS
= 2 x 0,5 . 10-3
= 1 . 10-3 S
Untuk Menghitung Frekuensi Menggunakan Rumus
:
F = 1
T
= 1
1 . 10-3
= 1000
1
= 1000 Hz ( 1 KHz )
Untuk Menghitung Volt Peak to Peak
Menggunakan Rumus :
Vpp = Div Vertikal x Volt / Div
= 2 Kotak x 1 V
= 2 Vpp
Karena Pada Kalibrasi ( CAL ) Tertulis 2 Vpp &
1 KHz Maka Untuk Penghitungan Di Atas Menandakan Osiloscope Sudah Sesuai Dalam
Pengkalibrasian.
Pada
umumnya, tiap osiloskop sudah dilengkapi sumber sinyal acuan untuk kalibrasi.
Sebagai contoh, osiloskop GW tipe tertentu mempunyai acuan gelombang persegi
dengan amplitudo 2V peak to peak dengan frekuensi 1 KHz.
2.Metoda Lissajous
Gambar
/ Diagram Lissajous definisinya, adalah sebuah penampakan
pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan Beda Fase,
Frekuensi & Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop.
Sebelum membahas lebih jauh seperti
apa pencitraan lissajous itu ada baiknya kita mantabkan definisi dari Beda
Fase, Frekuensi & Amplitudo itu sendiri, agar dalam pemahaman lissajous
nanti tidak mengalami kebingungan dan kesulitan.
Definisi Frekuensi
Adalah suatu pernyataan yang menggambarkan " Berapa
banyak gelombang yang terjadi tiap detiknya" dalam satuan Hz. Bila disitu
tertulis 25Hz berarti ada 25 gelombang ( 1 gelombang terdiri atas1 Bukit &
1 Lembah ) yang terjadi dalam 1 detik, ini berarti 1 buah gelombang memakan
waktu 1/25 detik = 0.04 detik untuk tereksekusi sepenuhnya ( Inilah yang biasa
disebut dengan Periode Gelombang = Waktu yang dibutuhkan 1
gelombang untuk tereksekusi seluruhnya ) . Untuk lebih jelasnya lihat gambar
dibawah ini:
Domain Y menggambarkan Amplitudo, sedangkan domain X
menggambarkan waktu. dari gambar diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
gelombang tersebut memiliki Amplitudo 50, Frekuensi 1 Hz dan Periode
1 Detik. Gambar ke 2:
sekarang perhatikan gambar gelombang diatas!! 1 bukit &
1 lembah dapat tereksekusi seluruhnya pada waktu 0,2 detik! Berarti apa yang
dapat kita simpulkan?? Gelombang diatas memiliki Periode = 0,2 detik
yang berarti, akan ada 5 gelombang yang dapat terselesaikan dalam 1 detiknya,
yang berarti gelombang tersebut memiliki Frekuensi sebesar 5 Hz.
Secara singkat frekuensi merupakan kebalikan dari periode
demikian pula sebaliknya, 5 Hz = 1 / 0,2 det ||| 0,2 det = 1 / 5 Hz
[ Frekuensi = 1 / Periode & Periode = 1 / Frekuensi ]
Definisi Beda Fase
Adalah
perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal yang sedang diamati.
Definisi Amplitudo
Adalah nilai puncak / Maksimum positif dari sebuah gelombang sinusoidal.
Bila Amplitudo suatu gelombang tertuliskan " 20 " maka nilai keluaran
dari gelombang tersebut akan bergerak dari 0 ke 20 ke 0 ke -20 ke 0 dan ke 20
lagi, begitu seterusnya.
Kontruksi
Gambar Lissajous
Gambar-gambar Lissajous dihasilkan bila
gelombang-gelombang sinus dimasukkan secara bersamaan ke pelat-pelat defleksi
horizontal dan vertical CRO. Kontruksi sebuah gambar Lissajous ditunjukkan secara grafik pada gambar 9-43. Gelombang
sinus ev menyatakan tegangan defleksi vertical dan gelombang sinus eh
adalah tegangan defleksi horizontal. Frekuensi sinyal vertical adalah dua kali
frekuensi sinyal horizontal, sehingga bintik CRT bergerak dua siklus lengkap
dalam arah vertical dibandingkan terhadap satu siklus dalam arah horizontal.
Gambar 9-43 menunjukkan bahwa angka 1 sampai 16 pada kedua bentuk gelombang
menyatakan titik-titik yang berhubungan dengan selang waktu. Dengan menganggap
bahwa bintik diawali dari pusat layar CRT (titik 0), perjalanan bintik dapat
dilukiskan kembali menurut cara yag ditunjukkan, dan gambar yag dihasilkan
disebut gambar Lissajous
Gambar 9-43 Kontruksi gambar
Inti dari gambar diatas adalah cara menggambar lissajous secara
manual, yaitu dimulai dengan:
1. Menggambar 2 gelombang yang akan diperbandingkan kedalam
Domain X dan Y ( Lihat Gambar, Gel 1 diletakkan sebagai input Y [ Vertikal ]
dan Gel 2 sebagai input X [ Horizontal ] ),
2. Lalu memilah milahnya menjadi bagian bagian, dan jarak
antar bagian2 pada masing2 gelombang haruslah sama ( contoh dalam gambar adalah
16 bagian )
3. Dan yang terahir MemPlot masing masing titik dengan
pasangannya masing masing. Dengan menggambar garis bantuan ke tengah bidang
kertas dan mencari titik potongnya dengan perpanjangan garis bantu dari
gelombang yang satunya lagi.
4. Hubungkan titik2 tersebut sesuai urutanya, Selesai.
Dalam kenyataannya hasil gambar lissajous sendiri sangat
banyak jenisnya tergantung dari Frekuensi, Beda Fase & Amplitudo
kedua gelombang yang diperbandingkan ( Dalam contoh diatas kurva lissajous yang
terbentuk terjadi dari 2 gelombang yang memiliki Rasio Frekuensi 1 : 2
|| Rasio Amplitudo 1 : 1 || Beda Fase = 0 derajat ) . Berikut
contoh-contoh dari hasil kuva lissajous yang lain:
( Beda Fase 0 derajat, Frek sama )
( Beda Fase 180 derajat, Frek sama )
( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X = Amplitudo Y
)
( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X > Amplitudo Y
)
Lalu Bagaimana kita mengetahui Beda Fase secara pasti dari
lissajous - lissajous diatas??. Dalam beberapa kasus, hanya kurva2 lissajous
tertentu sajalah yang dapat dengan mudah diketahui Beda Fase antara 2 gelombang
pembentuknya. Lissajous yang seperti apakah itu? ialah lissajous yang 2
gelombang pembentuknya memiliki Frekuensi sama. Ciri cirinya adalah
" lissajous yang hanya terdiri dari 1 lingkaran saja ". Lalu
bagaimana cara menghitungnya?? mari kita simak gambar dibawah ini:
Itu adalah rumus untuk kuva yang lingkaranya serong ke kanan
untuk kurva lissajous yang lingkarannya serong ke kiri, perhatikan gambar
dibawah ini:
Bagaimana dengan lissajous - lissajous yang lain?? kita
masih dapat menyimpulkan satuhal dari kurva2 lissajous tersebut yaitu
perbandingan rasio frekuensi antara 2 gelombang pembentuknya, Caranya:
Perhatikan
gambar!! Tarik garis Vertikal dan Horizontal Hitung Perpotongan Garis
Merah dengan grafik dan anggap ini sebagai variabel "M". Hitung
Perpotongan Garis Biru dengan grafik dan anggap ini sebagai veriabel
"N"
Maka
Frek X : Frek Y = M : N
Pada Gambar 1 maka
Rasio Frekuensi X banding Y adalah:
5 : 4
Bagaimana
dengan Gambar lissajous ke 2??
Jelas, bahwa Rasio Frek X banding Y adalah :
2 : 3
Dua
gelombang sinus dengan frekuensi yang sama menghasilkan gambar Lissajous yang bisa berbentuk garis
lurus, elips atau lingkaran, bergantung pada fasa dan amplitudo kedua sinyal
tersebut. Sebuah lingkaran hanya dapat terbentuk bila amplitudo kedua sinyalnya
sama. Jika mereka tidak sama dan atau tidak sefasa, terbentuk sebuah elips yang
sumbu-sumbunya adalah bidang horizontal dan bidang vertical (dengan menganggap
bidang penempatan CRO yang normal). Tanpa mempperhatikan amplitudo sinyal, hal
yang menentukan jenis gambar yang terbentuk dengan memasukkan dua sinyal yang
frekuensinya sama ke pelat defleksi adalah beda
fasa antara kedua sinyal tersebut.
Sebagai contoh, sebuah garis lurus dihasilkan bila kedua sinyal
adalah sefasa atau berbeda fasa 180o. Sudut yang terbentuk dengan
horizontal akan sama dengan 45o bila amplitudo kedua sinyal adalah
sama. Suatu kenaikan pada tegangan defleksi vertical menyebabkan garis yang
membentuk sudut lebih besar dari 45o
terhadap horizontal. Dengan cara sama, penurunan penguatan penguat
vertical memperlihatkan sebuah garis dengan sudut yang lebih kecil dari 45o
terhadap horizontal. Sebuah lingkaran dihasilkan bila beda fasa antara
kedua sinyal persis sama dengan 90o atau 270o, dengan
anggapan bahwa kedua sinyal tersebut mempunyai amplitudo yang sama. Jika sinyal
vertical memiliki amplitudo yang lebih besar, terbentuk sebuah elips engan sumbu panjang adalah sumbu
vertical. Bila sinyal horizontal lebih besar, sumbu panjang elips akan terletak
sepanjang sumbu horizontal. Dalam hal elips-elips yyang terbentuk karena
perbedaan fasa selain dari 90o,
suatu perubahan hubungan antara tegangan-tegangan defleksi mempunyai efek yang
serupa.
Dalam matematika, kurva Lissajous (gambar atau kurva Lissajous
Bowditch, diucapkan / lɪsəʒu ː / dan / baʊdɪtʃ /)
adalah grafik dari suatu sistem persamaan parametrik
x = Asin (di + delta),
quad y = Bsin (bt),
yang menggambarkan gerak harmonik kompleks. Ini
keluarga kurva diselidiki
oleh Nathaniel Bowditch pada 1815, dan kemudian secara lebih rinci oleh Jules Antoine Lissajous (nama
Prancis diucapkan [lisaʒu]) pada tahun 1857
Munculnya angka ini sangat sensitif dengan rasio a / b.
Untuk rasio 1,
angka itu elips, dengan kasus khusus termasuk lingkaran (A = B, δ = π / 2 radian) dan garis (δ
= 0). Lissajous
sosok lain yang sederhana adalah parabola (a / b = 2, δ = π / 2). Rasio lainnya
menghasilkan kurva yang lebih rumit,
yang ditutup hanya jika b / adalah rasional.
Bentuk visual dari kurva-kurva ini sering sugestif
dari simpul tiga-dimensi, dan memang banyak
jenis knot, termasuk yang dikenal sebagai knot Lissajous,
proyek untuk pesawat sebagai tokoh Lissajous
3.Beda
Phasa
Definisi Beda Phasa
Adalah perbedaan sudut mulai antara
2 gelombang sinusoidal yang sedang diamati. Agar lebih jelas perhatikan ketiga
gambar dibawah ini ( Ketiga gelombang dibawah memiliki Frekuensi 1 Hz )
:
A.
50Sin( wt )
B.
50Sin( wt + 45 )
C.
50Sin( wt - 90 )
Perbedaan
dari ketiga jenis gelombang sinus diatas yaitu, sudut dalam memulai besaran
nilainya. Jika Gelombang A memulai awalannya dari nilai sudut nol maka, Gel B
memulai dari sudut 45 dan Gel. C memulainya dari sudut -90. Jika anda bingung,
maka cam kan saja, bila ada gelombang digeser kekiri maka dalam persamaanya
akan Di tambahkan sebesar pergeserannya [ Ex : Persamaan Gel. B ],
Demikian pula sebaliknya.
Salah
satu cara mengukur beda fasa adalah menggunakan mode XY. Yaitu dengan memplot
satu sinyal pada bagian vertikal(sumbu Y) dan sinyal lain pada sumbu
horizontal(sumbu X). Metoda ini akan bekerja efektif jika kedua sinyal yang
digunakan adalah sinyal sinusiodal. Bentuk gelombang yang dihasilkan adalah
berupa gambar yang disebut pola Lissajous(diambil dari nama seorang
fisikawan asal Perancis Jules Antoine Lissajous dan diucapkan Li-Sa-Zu).
Dengan melihat bentuk pola Lissajous kita bisa menentukan beda fasa antara dua
sinyal. Juga dapat ditentukan perbandingan frekuensi.
Gambar di bawah ini memperlihatkan
beberapa pola Lissajous dengan perbandingan frekuensi dan beda fasa yang
berbeda-beda.
Pola Lissajous
Pola
Lissajous merupakan pola yang ditimbulkan oleh dua buah gelombang sinusoidal
dengan syarat kedua gelombang tersebut mempunyai frekuensi yang sama dan berada
pada amplitudo yang konstan.
Pola
ini akan digambarkan untuk pengukuran phasa dalam aplikasi mode X-Y pada
osiloskop
Bagian ini telah menjelaskan
dasar-dasar teknik pengukuran. Pengukuran lainnya membutuhkan setting up
osiloskop untuk mengukur komponen listrik pada tahapan lebih mendalam,melihat
noise pada sinyal, membaca sinyal transien, dan masih banyak lagi aplikasi
lainnya. Teknik pengukuran yang akan kita gunakan bergantung jenis aplikasinya,
tetapi kita telah mempelajari cukup banyak untuk seorang pemula. Praktek menggunakan
osiloskop dan bacalah lebih banyak mengenai hal ini. Dengan terbiasa maka
pengoperasian dan pengukuran akan menjadi lebih mudah.
BAB
III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dari
tulisan diatas maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain yaitu:
1.Osiloskop adalah alat ukur yang mana dapar
menunjukkan kepada anda 'bentuk' dari sinyal listrik yang menunjukkan grafik
dari tegangan waktu pada layarnya.
Alat ini yang biasa digunakan untuk menganalisa
frekuensi yang terdapat didalam perangkat elektronika, dan biasanya yang sering
digunakan oleh para teknisi pesawat televisi, namun Osiliscop ini juga dapat
dipergunakan dalam menganalisa frekuensi handphone, walaupupun jika dilihat
dari sisi fungsi kurang efisien dalam melakukan analisa pada perangkat ponsel,
namun banyak para teknisi dan
lembaga pelatihan teknisi handphone menggunakan
perangkat osiloskop tersebut, akan tetapi untuk para teknisi yang memang tidak
cukup dana untuk membelinya, maka tidak harus pesimis dengan kondisi tersebut,
karena memang tanpa Osiloscop kita masih sangat dapat memperbaiki perangkat
handphone.
2.Besaran- besaran yang dapat diukur
dengan osiloskop antara lain:
1. Amplitudo ( A ) : Jarak perpindahan titik maksimum dari titik kesetimbangan
dalam arah getarannya.
2. Periode ( T ) : Waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh.
3. Frekuensi ( F ) : Banyaknya gelombang yang terbentuk dalam satu satuan
waktu.
4. Sudut fasa ( ) : Simpangan partikel terhadap posisi kesetimbangan dalam
radian.
3. Komponen utama osiloskop adalah tabung
sinar katoda.
Komponen utama dari sinar katoda ( Cathode
ray tube ) atau CRT adalah ;
1.Perlengkapan
senapan elektron
2. Perlengkapan pelat defleksi.
3. layar frouorosensi.
4. Tabung gelas dan dasar tabung.
3.Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk
menentukan kebenaran konfensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat
pengukuran dan alat pengujian.
Tujuan kalibrasi
• Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan
suatu instrumen ukur.
• Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
Manfaat kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya.
4.
Gambar / Diagram Lissajous adalah
sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau
perbandingan Beda Fase, Frekuensi & Amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop.
Gambar-gambar
Lissajous dihasilkan bila gelombang-gelombang sinus dimasukkan secara bersamaan
ke pelat-pelat defleksi horizontal dan vertical CRO.
5. Beda Phasa Adalah perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal
yang sedang diamati.
2.Daftar
Pustaka
Cooper
william davit.(1991).Intrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran.Jakarta.Erlangga.
Basyaruddin noor
cholis.(1995).Peukur dan Pengukuran.Bandung.Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik.
http://elektronika-elektronika.blogspot.com/2007/02/pengukuran-fasa.html